terlalu mencintai kopi..satu cangkir..dua cangkir...tiga cangkir..stop!

Wednesday, August 27, 2008

I’m going back to the start...

manusia memang tidak selalu tahu jalan lurus


Teman yang sudah lama hilang, rasanya namanya Allah. Pemilik sahabat yang lain namanya Alam Semesta. Hanya sudah sangat lama tidak bertemu, hanya sudah sangat lama tidak bicara. Sudah terlalu lama si pemarah ini merajuk padanya. Tapi“lama” hanya terlalu sederhana untuknya. Dulu pernah kami saling mengenal, saling menghargai. Si keras kepala ini yang pernah sangat segan padanya, segan karena kesederhanaannya. Si manja yang pernah sangat rewel, selalu bertanya banyak, atau merengek meminta banyak.

Sicongkak yang tiba-tiba merasa takut

"tolong jangan tinggalkan saya..."


I was just guessing
At numbers and figures
Pulling your puzzles apart

Questions of science
Science and progress
Do not speak as loud as my heart

Come tell me you love me
Come back and haunt me
All in a rush to the start

Nobody said it was easy
it's such a shame for us to part
Nobody said it was easy
No one ever said it would be so hard

I’m going back to the start...

(The Scientist :Coldplay)

Friday, August 08, 2008

melihat lagi

ohh iya itu dia kamu..saya hampir lupa sama kamu

Saya kira tidak ada lagi yang begitu penting, sampai akhirnya kita duduk dipinggir jalan yang nyaman, untuk bersama-sama menertawakan hidup, minum dua cangkir kopi buatan bapak warung, dan nikmati saja suasana malam semaunya, bicara soal rasa sakit yang lucunya bikin kita sadar rasanya “hidup”, dan lagi-lagi tertawa. Apa yang bisa saya bilang, tidak semua orang mau nongkrong di trotoar, tidak semua orang menikmati momen dengan cara yang sama. Saya juga hampir lupa ternyata beberapa waktu lalu kita cukup sering melakukannya, berbagi untuk menikmati momen. Adakalanya kita tidak saling bicara, mungkin karena sama-sama setuju bahwa diam kadang cara yang tepat untuk tenggelam menikmati sesuatu.

Hanya sedang teringat pada suatu hari saat kamu menjemput saya dari kantor, waktu itu kamu seperti dewa penyelamat membebaskan saya dari cekikan suasana kerja yang begitu memuakkan dimasanya. Selepas magrib, bandung gerimis dan kita masih didalam mobil. Kamu sibuk menganti-ganti frekuensi radio, hingga akhirnya kamu berhenti menekan tombol saat suara serak “Louis Armstrong” sayup terdengar, saya menarik nafas lega bersyukur karena kamu tidak merubah frekuensinya lagi. Lantunan “What A Wonderfull World”, ditengah gerimis diluar sana menghantar saya menemukan kembali bagian lain dari indahnya kota Bandung, keindahan yang anggun. Semua hal tampak hangat karena bermandikan cahaya lampu kota dengan efek bias kekuningan akibat terkena rintik hujan. Diluar sana diantara latar bangunan-bangunan tua yang khas, orang-orang masih sibuk berkegiatan, kendaraan berseliweran memercik air dijalan yang sudah mulai becek. Pasangan muda mudi berlari kecil mencari tempat berteduh, bapak tua mendorong gerobaknya dengan santai, suami istri bersama-sama memayungi anak mereka, sementara di emperan sebuah toko kumpulan pemuda tengah asik leyeh-leyeh. Dari dalam sini ditengah alunan nada manis Mr. Armstong, gerakan mereka terlihat bak siluet cantik yang menari mengikuti irama, persis seperti menonton adegan slow motion dengan soundtrack yang tepat. Lucunya kamu mengurangi kecepatan mobil, sama seperti apa yang ada dipikiran saya--tidak ingin cepat-cepat sampai tujuan sebelum lagu selesai. Kala itu pun kita hanya diam, sama-sama sibuk menikmati suasana.

Saya hanya hampir lupa bahwa kamu bisa diajak menikmati itu semua tanpa membuat saya merasa menjadi orang aneh. Beberapa waktu kebelakang saya meniadakan kamu, dan hanya melihat mu dari sudut mata orang lain pada umumnya. Karena itu kita tidak lagi menikmati banyak momen walau sering bertemu. Entah sejak kapan berhentinya mungkin sejak itu..sejak saya berpamitan karena tiba-tiba saja merasa riskan. Yahh saya sadar saya tak lagi memberi utuh seperti sebelumnya.

maaf..